75% Mesin Tekstil di Indonesia Tua

Diposting oleh riza_pratamapurba | Kamis, April 03, 2008 | | 0 komentar »

Sekitar 75% mesin tekstil di Indonesia berusia lebih dari 20 tahun dan teknologinya tertinggal. Kondisi itu mengakibatkan industri tekstil tidak mampu melakukan diversifikasi produktivitas dan daya saing. Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris mengatakan itu saat membuka pameran produsen mesin dan aksesoris tekstil Bandung Intertex 2008 di Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/4). Pameran diikuti 595 peserta dari dari 27 negara. Untuk merestrukturisasi mesin tekstil dan produk tekstil (TPT) yang sudah tua itu, Departemen Perindustrian (Depperin) tahun ini akan menyalurkan lagi bantuan Rp311 miliar untuk 150 perusahaan. Angka ini hampir dua kali lipat dari anggaran serupa pada 2007 yang diberikan kepada 92 industri Rp153,31 miliar, dari pagu anggaran Rp255 miliar.

Menperin mengatakan, industri TPT masih menjadi salah satu industri prioritas karena kontribusinya cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Selain itu, industri TPT merupakan sektor manufaktur yang banyak menyerap tenaga kerja. Pada 2006, industri TPT menyerap 1,2 juta tenaga kerja. Sedangkan kinerja ekspor industri tersebut pada tahun itu mencapai US$9,45 miliar dan pada 2007 meningkat menjadi US$10,03 miliar. "Program restrukturisasi permesinan merupakan hal yang mutlak dilakukan bagi industri TPT hulu agar dapat menghasilkan produk berkualitas dan berdaya saing tinggi guna mendorong sektor hilirnya, yakni industri pakaian jadi dan barang tekstil lain agar menjadi efisien," kata Menperin. Menurutnya, program restrukturisasi mesin tekstil yang terbagi dalam dua skema, telah menstimulus terjadinya investasi mesin/peralatan oleh dunia usaha sebesar 10 kali lipat dari nilai bantuan pemerintah.

Selain merestrukturisasi mesin, berbagai pembenahan juga dilakukan tahun ini, antara lain perluasan sumber pendanaan, pemberian insentif yang lebih besar, revisi pola pendanaan investasi, dan penggunaan tingkat suku bunga kredit sebesar 7%. "Tahun lalu suku bunganya 8%. Porsi pendanaan dari pemerintah pun diperbesar dan penurunan tanggungan dari perusahaan dari 25% menjadi 20%," ujarnya. Program ini, kata Fahmi Idris, merupakan salah satu cara meningkatkan daya saing industri TPT nasional yang selama ini menggunakan mesin-mesin tua. Pemerintah akan membuka masa pendaftaran program restrukturisasi mesin TPT 2008 pada minggu kedua April dan ditutup pada 30 Juni mendatang.

Dia juga berharap Bandung Intertex yang berlangsung hingga 5 April mendatang dapat mempertemukan para pelaku industri TPT dalam dan luar negeri untuk menjalin kerja sama bisnis yang pada gilirannya dapat mendukung program pemerintah dalam merevitalisasi industri TPT nasional. Harapan serupa juga disampaikan Asosiasi Pertekstilan Indonesia.

0 komentar