Tampilkan postingan dengan label susu formula. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label susu formula. Tampilkan semua postingan

Payudara bengkak

Diposting oleh riza_pratamapurba | Minggu, Maret 09, 2008 | , , | 0 komentar »

Melahirkan memeng suatu anugrah yang paling indah. Tetapi kegelisahan dan kebingungan yang menandai suatu kehamilan sering terjadi ketika Anda dihadapkan dengan bagaimana memberikan susu pada bayi Anda. Perasaan bersalah dengan cepat akan dirasakan jika Anda memutuskan untuk tidak memberi ASI. Banyak hal emosional yang bisa diterima dengan memberi ASI tetapi banyak wanita hanya merasa tidak nyaman kemudian tidak menyusui bayinya. Semestinya jangan buat keputusan atas dasar logis atau nasehat orang lain.

Meningkatkan kesehatan dan membesarkan anak dengan baik sekitar hari ketiga atau keempat sesudah Anda melahirkan, payudara Anda tentu sering terasa lebih penuh dan tegang serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorment (payudara bangkak) yang disebabkan oleh adanya bendungan di pembuluh darah dan getah bening. Semua itu merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak diproduksi. Apabila dalam keadaan tersebut Anda menghindari menyusui karena alasan nyeri, lalu memberikan makanan kaleng pada bayi, pembengkakkan akan berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI tetap berlangsung, sementara bayi tidak disusukan. Dengan demikian tidak terjadi perangsangan pada putting susu, sehingga refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Akhirnya ASI yang disekresi menumpuk dalam payudara, akibatnya areola lebih menonjol, putting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi. Bila keadaan sudah sampai demikian, kulit pada payudara nampak lebih merah mengkilat, ibu merasa demam seperti influenza, payudara terasa nyeri sekali.

Mencegah terjadinya payudara bengkak

  • Susukan bayi segera setelah lahir.
  • Susukan bayi tanpa dijadwal.
  • Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payusara lebih lembek.
  • Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan ASI
  • Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan.
  • Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin.
  • Untuk memudahkan bayi mengisap atau menangkap putting susu berikan kompres sebelum menyusui.
  • Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara, lakukanlah pengurutan yang dimulai dari putting ke arah korpus mammae.

Baiknya menyusui dengan ASI

  • Bayi Anda akan terlindungi dari inferksi, antibodi.
  • Memupuk ikatan emosional yang kuat antara ibu dan bayi.
  • Tidak memerlukan persiapan untuk membuat susu dan mensterilkan botol susu. Ini dapat lebih mempermudah Anda.
  • ASI mudah dicerna, nutrisi yang dikandung ASI mudah untuk dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang belum matang.
  • Menambah kesehatan bayi yang diberi ASI lebih jarang mengalami alergi di kemudian hari.
  • ASI adalah hadiah alam yang dapat diberikan pada bayi anda.
  • Dengan memberikan ASI, kondisi tubuh Anda akan lebih cepat kembali ke bentuk semula, karena memberikan ASI memerlukan lebih banyak kalori dan membuat rahim lebih cepat mengecil.

Penemuan para peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai adanya Enterobacter sakazakii (E. sakazakii) dalam susu formula anak-anak dan bubur bayi, cukup menghebohkan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 74 sampel susu formula, 13,5 persen di antaranya mengandung bakteri berbahaya tersebut. Benarkah temuan yang dilakukan peneliti IPB tersebut? Kalau benar, berbahayakah Enterobacter Sakazakii tersebut pada bayi atau anak? Bagaiamana hal itu bisa terjadi?

Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh susu formula bayi tidak disebabkan oleh komponen biokimia atau bahan yang terkandung di dalamnya. Manusia dapat mengalami gejala keracunan karena susu tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri. Susu dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain E. sakazakii, bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula adalah Clostridium botulinu, Citrobacter freundii, Leuconostoc mesenteroides Escherichia coli Salmonella agona, Salmonella anatum, Salmonella bredeney, Salmonella ealing, Salmonella Virchow, Serratia marcescens, Salmonella isangi dan berbagai jenis salmonella lainnya.

Enterobacter sakazakii
E. sakazakii pertamakali ditemukan pada tahun 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa Negara. Meskipun bakteri ini dapat menginfeksi pada segala usia tetapi resiko terbesar terkena adalah usia bayi. Peningkatan kasus yang besar di laporkan terjadi di bagian Neonatal Intensive Care Units (NICUs) beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika dan Kanada. Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi E. sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100 000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian menjadi 9.4 per 100 000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (<1.5 kg) . Sebenarnya temuan peneliti IPB tersebut mungkin tidak terlalu mengejutkan karena dalam sebuah penelitian prevalensi kontaminasi di sebuah negara juga didapatkan dari 141 susu bubuk formula didapatkan 20 kultur positif E. sakazakii .

E. sakazakii adalah suatu kuman jenis gram negatif dari family enterobacteriaceae. Organisma ini dikenal sebagai "yellow pigmented Enterobacter cloacae". Pada tahun 1980, bakteri ini diperkenalkan sebagai bakteri jenis yang baru berdasarkan pada perbedaan analisa hibridasi DNA, reaksi biokimia dan uji kepekaan terhadap antibiotika. Disebutkan dengan hibridasi DNA menunjukkan E sakazakii 53–54% dikaitkan dengan 2 spesies yang berbeda genus yaitu Enterobacter dan Citrobacter. Pada penelitian tahun 2007, beberapa peneliti mengklarifikasi kriteria taxonomy dengan menggunakan cara lebih canggih yaitu dengan f-AFLP, automated ribotyping, full-length 16S rRNA gene sequencing and DNA-DNA hybridization. Hasil yang didapatkan adalah klasifikasi alternative dengan temuan genus baru yaotu Cronobacter yang terdiri dari 5 spesies. Hingga saat ini tidak banyak diketahui tentang virulensi dan daya patogeniotas bakteri berbahaya ini. Bahan enterotoxin diproduksi oleh beberapa jenis strains kuman. Dengan menggunakan kultur jaringan diketahui efek enterotoksin dan beberapa strain tersebut. Didapatkan 2 jenis strain bakteri yang berpotensi sebagai penyebab kematian, sedangkan beberapa strain lainnya non-patogenik atau tidak berbahaya. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa sudah ditemukan demnikian banyak susu terkontaminasi tetapi belum banyak dilaporkan terjadi korban terinfeksi bakteri tersebut.

Meskipun infeksi karena bakteri ini sangat jarang, tetapi dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa, di antaranya adalah neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), hidrosefalus (kepala besar karena cairan otak berlebihan), sepsis (infeksi berat) , and necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna). Sedangkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi infeksi saluran kencing. Secara umum, tingkat kefatalan kasus (case-fatality rate) atau resiko untuk dapat mengancam jiwa berkisar antara 40-80% pada bayi baru lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat karena penyakit ini. Infeksi otak yang disebabkan karena E. sakazakii dapat mengakibatkan infark atau abses otak (kerusakan otak) dengan bentukan kista, gangguan persarafan yang berat dan gejala sisa gangguan perkembangan. Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak di antaranya adalah diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak hingga kejang. Bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling beresiko untuk mengalami infeksi ini. Meskipun juga jarang bakteri patogen ini dapat mengakibatkan bakterimeia dan osteomielitis (infeksi tulang) pada penderita dewasa. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis strain E. sakazakii untuk bertahan hidup pada suhi 58 C dalam proses pemanasan rehidrasi susu formula.

Proses pencemaran
Terjadinya kontaminasi bakteri dapat dimulai ketika susu diperah dari puting sapi. Lubang puting susu memiliki diameter kecil yang memungkinkan bakteri tumbuh di sekitarnya. Bakteri ini ikut terbawa dengan susu ketika diperah. Meskipun demikian, aplikasi teknologi dapat mengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini dengan penggunaan mesin pemerah susu (milking machine), sehingga susu yang keluar dari puting tidak mengalami kontak dengan udara.

Pencemaran susu oleh mikroorganisme lebih lanjut dapat terjadi selama pemerahan (milking), penanganan (handling), penyimpanan (storage), dan aktivitas pra-pengolahan (pre-processing) lainnya. Mata rantai produksi susu memerlukan proses yang steril dari hulu hingga hilir, sehingga bakteri tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam susu. Peralatan pemerahan yang tidak steril dan tempat penyimpanan yang tidak bersih dapat menyebabkan tercemarnya susu oleh bakteri. Susu memerlukan penyimpanan dalam temperatur rendah agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Udara yang terdapat dalam lingkungan di sekitar tempat pengolahan merupakan media yang dapat membawa bakteri untuk mencemari susu. Proses pengolahan susu sangat dianjurkan untuk dilakukan di dalam ruangan tertutup.

Manusia yang berada dalam proses pemerahan dan pengolahan susu dapat menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya harus steril ketika memerah dan mengolah susu. Bahkan, hembusan napas manusia ketika proses pemerahan dan pengolahan susu dapat menjadi sumber timbulnya bakteri. Sapi perah dan peternak yang berada dalam sebuah peternakan harus dalam kondisi sehat dan bersih agar tidak mencemari susu. Proses produksi susu di tingkat peternakan memerlukan penerapan good farming practice seperti yang telah diterapkan di negara-negara maju.

Antisipasi
Dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa Negara tersebut sebenarnya WHO (World Health Organization), USFDA (United States Food and Drug Administration) dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril. Sedangkan susu formula cair yang siap saji, dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Sehingga di bagian perawatan bayi NICU, USFDA menggunakan perubahan rekomendasi dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji untuk penderita bayi prematur yang rentan terjadi infeksi. Sayangnya di Indonesia produk susu tersebut belum banayak dan relative mahal harganya.

Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko infeksi tersebut adalah cara penyajianh yang baik dan benar. Diantaranya dalah menyajikan hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya untuk setip kali minum untuk mengurangi kuantitas dan waktu susu formula terkontaminasi dengan udara kamar. Meminimalkan “hang time” atau waktu antara kontak susu dengan udara kamar hingga saat pemberian. Waktu yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 4 jam. Semakin lama waktu tersebut meningktkan resiko pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut. Hal lain yang penting adalah memperhatikan dengan baik dan benar cara penyajian susu formula bagi bayi, sesuai instruksi dalam kaleng atau petunjuk umum. Peningkatan pengetahuan orangtua, perawat bayi dan praktisi klinis lainnya tentang prosedur persiapan dan pemberian susu formula yang baik dan benar harus terus dilakukan.

Terlepas benar tidaknya akurasi temuan tersebut sebaiknya pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan harus bertindak cepat dan tepat sebelum terjadi kegelisahan dan korban yang memakan jiwa. Sedangkan orangtua tetap waspada dan tidak perlu kawatir berlebihan ternyata temuan tersebut juga pernah dilaporkan oleh USFDA tetapi tidak terjadi kasus luar biasa Karena mungkin sebagian besar adalah kuman non pathogen atau yang tidak berbahaya. Tetapi apapun juga, jangan sampai terjadi banyak anak Indonesia terkorbankan hanya karena keterlambatan mengantisipasi keadaan.

Milk Contaminants in infant formula that caused infections
Contaminant Number of Outbreaks

Bacteria
Clostridium botulinum one infection? ( UK , 2001)
Enterobacter sakazakii several (various countries)
Salmonella agona one ( France , 2005)
Salmonella anatum one (UK / Europe, 1996)
Salmonella bredeney two (Australia, 1977; France / UK, 1988)
Salmonella ealing one ( UK , 1985)
Salmonella london one ( Korea , 2000)
Salmonella tennessee one (USA / Canada, 1993)
Salmonella virchow one ( Spain , 1994)

Contaminants in infant formula that caused infections in hospitals
Contaminant Number of Outbreaks
Citrobacter freundii one
Enterobacter sakazakii and Leuconostoc mesenteroides one
Enterobacter sakazakii **** several
Escherichia coli one
Salmonella isangi one
Salmonella saintpaul one
Serratia marcescens one

Daftar Pustaka :
  • Lai KK. Enterobacter sakazakii infections among neonates, infants, children, and adults. Medicine 2001;80:113-22.
  • van Acker et al. Outbreak of necrotizing enterocolitis associated with Enterobacter sakazakii in powdered milk formula. J Clin Microbiol 2001;39:293-97
  • Biering G et al. Three cases of neonatal meningitis caused by Enterobacter sakazakii in powdered milk. J Clin Microbiol. 1989 Sep;27(9):2054-6.
  • Simmons et al. Enterobacter sakazakii infections in neonates associated with intrinsic contamination of a powdered infant formula. Infect Control Hosp Epidemiol 1989;10:398-401.
  • Food and Agriculture Organization. 1994 Codex Alimentarius: code of hygienic practice for foods for infants and children. CAC/RCP 21-1979. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, Italy.
  • Health Professionals Letter on Enterobacter sakazakii Infections Associated With use of Powdered (Dry) Infant Formulas in Neonatal Intensive Care Units”, U. S. Department of Health and Human Services, U. S. Food and Drug Administration, April 11, 2002; Revised October 10, 2002.
  • Invasive Enterobacter sakazakii Disease in Infants”, Emerging Infectious Diseases, Volume 12, Number 8–August 2006.
  • Safe Preparation, Storage and Handling of Powdered Infant Formula Guidelines” (2007), World Health Organization, in collaboration with Food and Agriculture Organization of the United Nations.
  • Enterobacter sakazakii and other microorganisms in powdered infant formula” Microbiological Risk Assessment Series 6, World Health Organization (2004).
  • Enterobacter sakazakii Infections Associated With the Use of Powdered Infant Formula—Tennessee, 2001”, JAMA. 2002; 287:2204-2205, Vol. 287 No. 17, May 1, 2002.
  • Enterobacter sakazakii and Salmonella in powdered infant formula: Meeting report, MRA Series 10”, Microbiological Risk Assessment Series 10, World Health Organization (2006).
  • Farmer JJ III, Asbury MA, Hickman FW, Brenner DJ, the Enterobacteriaceae Study Group (USA) (1980). "Enterobacter sakazakii: a new species of "Enterobacteriaceae" isolated from clinical specimens". Int J Syst Bacteriol 30: 569–84.​
  • "Enterobacter sakazakii infections associated with the use of powdered infant formula--Tennessee, 2001". MMWR Morb Mortal Wkly Rep 51 (14): 297–300.
  • Lai KK (2001). "Enterobacter sakazakii infections among neonates, infants, children, and adults. Case reports and a review of the literature". Medicine (Baltimore) 80 (2): 113–22.
  • Bowen AB, Braden CR (2006). "Invasive Enterobacter sakazakii disease in infants". Emerging Infect Dis 12 (8): 1185–9.
  • Iversen C, Lehner A, Mullane N, et al (2007). "The taxonomy of Enterobacter sakazakii: proposal of a new genus Cronobacter gen. nov. and descriptions of Cronobacter sakazakii comb. nov. Cronobacter sakazakii subsp. sakazakii, comb. nov., Cronobacter sakazakii subsp. malonaticus subsp. nov., Cronobacter turicensis sp. nov., Cronobacter muytjensii sp. nov., Cronobacter dublinensis sp. nov. and Cronobacter genomospecies 1". BMC Evol Biol 7: 64.
  • Nazarowec-White M, Farber JM. Enterobacter sakazakii: a review. Int J Food Microbiol 1997;34:103--13.
  • Muytjens HL, Roelofs-Willemse H, Jaspar G. Quality of powdered substitutes for breast milk with regard to members of the family Enterobacteriaceae. J Clin Microbiol 1988;26:743--6.
  • Simmons BP, Gelfand MS, Haas M, et al. Enterobacter sakazakii infections in neonates associated with intrinsic contamination of a powdered infant formula. Infect Control Hosp Epidemiol 1989;10:398--401.
  • Biering G, Karlsson S, Clark NC, et al. Three cases of neonatal meningitis caused by Enterobacter sakazakii in powdered milk. J Clin Microbiol 1989;27:2054--6.
  • Clark NC, Hill BC, O'Hara CM, Steingromsson O, Cooksey RC. Epidemiologic typing of Enterobacter sakazakii in two neonatal nosocomial outbreaks. Diagn Microbiol Infect Dis 1990;13:467--72.
  • Van Acker J, DeSmet F, Muyldermans G, et al. Outbreak of necrotizing enterocolitis associated with Enterobacter sakazakii in powdered milk formula. J Clin Microbiol 2001;39:293--7.
  • FDA. Recalls and Safety Alerts. Powder Product Recall. Available at http://www.fda.gov/oc/po/firmrecalls/meadjohnson03_02.html.
  • The American Dietetic Association. Preparation of formula for infants: guidelines for healthcare facilities. Chicago, Illinois: The American Dietetic Association, 1991.
  • FDA. Letter to health-care professionals. Available at http://www.cfsan.fda.gov.

Belajar untuk memberikan ASI setelah proses melahirkan yang sangat melelahkan akan merupakan sebuah perjuangan yang cukup berat. Namun bila anda mampu bertahan dan mengikuti beberapa tips sederhana, mungkin anda akan dapat merasakan manfaatnya.

Merupakan hal yang sangat alami dan mengagumkan melihat seorang ibu menyusui anaknya, sebuah permulaan yang merupakan pemberian terbaik bagi si bayi. Namun, walaupun bagi sebagian ibu hal tersebut terlihat mudah, tapi banyak juga yang mengalami kesulitan dalam melakukannya.

Dengan membengkaknya payudara, puting yang sakit dan tangisan bayi meminta susu, kadangkala terlihat akan lebih mudah untuk menyerah dan beralih ke susu formula. Namun bila anda, kaum ibu, dapat melakukannya dengan benar dan sabar menghadapi kesulitannya pada saat pertama kali anda melakukannya setelah melahirkan sang bayi, mungkin anda akan menerima banyak manfaat.

Dengan menyusui sendiri bayi anda, berarti anda telah memberikan nutrisi penting yang dibutuhkan oleh bayi anda, melindunginya dari berbagai macam infeksi dan yang paling penting adalah, anda telah menjalin hubungan yang sangat spesial antara anda dan bayi anda.

Persiapan Menyusui
Untuk membuat bayi anda dapat menyusu dengan baik, anda harus nyaman dan santai. Ketika duduk, pastikan punggung anda terlindungi dengan baik dengan sesuatu yang empuk dan bantal yang banyak bila anda duduknya di tempat tidur, dan mungkin anda juga memerlukan satu bantal lagi di bawah tangan anda untuk memberikan perlindungan kepada sang bayi dan mendekatkannya ke payudara anda. Dan satu lagi, kaki anda harus berpijak ke lantai untuk memastikan kestabilan posisi anda.

Anda juga dapat menyusuinya dengan posisi tidur, miringkan tubuh anda dan tinggikan kepala anda dengan bantuan bantal atau sejenisnya, lalu dekatkan bayi anda sedekat mungkin hingga mulutnya dapat menjangkau payudara anda. Lindungi punggung bayi anda dengan tangan anda atau dengan bantuan bantal, tapi ingat baik-baik, jangan sampai bayi anda kepanasan atau anda jatuh tertidur .

Sebelum memulai proses menyusui, pastikan semua yang anda butuhkan dapat terjangkau oleh tangan anda seperti minuman, makanan ringan, buku, telepon dan mungkin sebuah saputangan untuk mencegah tumpahan air susu sehingga bila sesuatu terjadi, anda tidak perlu bergerak banyak.

Menyusui dengan baik
Ketika pertama kali bayi anda menyusu kepada anda, ia akan merasakan air susu yang fungsinya menghilangkan rasa hausnya yang kemudian berlanjut menjadi ari susu yang memiliki banyak kalori yang dibutuhkan sang bayi. Bergantianlah menyusui bayi anda dari payudara yang satu ke yang lainnya untuk mencegah membengkaknya salah satu payudara anda dan sakitnya puting payudara anda. Untuk mengetahui payudara mana yang baik untuk disusui oleh bayi anda, rabalah satu per satu, payudara yang memiliki banyak susu akan terasa kencang, pilihlah payudara tersebut, namun ada baiknya bila sebelum mulai menyusui bayi anda lagi, buanglah dulu sedikit susu dari payudara yang penuh dengan susu tersebut untuk mencegah aliran susu yang terlalu kencang bila di susui oleh bayi anda karena dibeberapa kasus, hal tersebut dapat membuat bayi anda tersedak.

Memberikan Air Susu Ibu (ASI) adalah obsesi utama bagi setiap perempuan yang telah dianugrahi anak. Namun, buat perempuan bekerja, memberikan ASI jelas membutuhkan perjuangan tersendiri. Pemicu utamanya adalah waktu bersama bayi yang terbatas. Jika tetap bersikukuh menghindarkan bayinya dari susu formula, perempuan karir jelas perlu mengetahui teknik-teknik memerah, menyimpan serta memberikan ASI yang tidak diberikan langsung dari payudara.

Berikut tips-tips praktis yang dapat dijadikan panduan ibu bekerja agar tetap dapat memberikan ASI pada bayinya kendati ia tak bisa terus menerus bersama anaknya.

Persiapan Dasar Sebelum Memerah Susu :
  1. Pilih waktu dimana payudara dalam keadaan yang paling penuh terisi, pada umumnya terjadi di pagi hari.
  2. Semua peralatan yang akan digunakan telah disterilkan terlebih dahulu. Breast pump sebaiknya dibersihkan segera setelah digunakan agar sisa susu tidak mengering dan menjadi sulit dibersihkan.
  3. Pilih tempat yang tenang dan nyaman pada saat memerah susu, tempat yang ideal seharusnya dimana ibu tidak terganggu oleh suara bel pintu atau telepon masuk. Di tempat kerja, mungkin bisa di meeting room yg kosong, toilet, dan lain-lain.
  4. Cuci tangan dengan sabun sedangkan payudara dibersihkan dengan air.
  5. Sebelum memulai, minumlah segelas air atau cairan lainnya, misalnya: susu, juice, decaffeinated tea/coffee, atau sup, disarankan minuman hangat agar membantu menstimulasi payudara.
  6. Usahakan untuk relax, kalau bisa dengan kaki yg diangkat.
  7. Kompres payudara kira2 5-10 menit, atau mandi air hangat sambil memijat payudara membantu agar air susu dapat keluar dengan lancar.
  8. Bila masih kesulitan bisa meminta oxytocin pada dokter.
Lama penyimpanan ASI setelah diperah
  • Jika ruangan tidak ber-AC, disarankan tidak lebih dari 4 jam.
  • Namun, jika ruangan ber-AC, bisa sampai 6 jam. Namun, perlu diingat suhu ruangan tersebut harus stabil. Misalnya ruangan ber-AC, tidak mati sama sekali selama botol ASI ada di dalamnya.
  • Segera simpan ASI di lemari es setelah diperah. ASI ini bisa bertahan sampai delapan hari dalam suhu lemari es. Syaratnya, ASI ditempatkan dalam ruangan terpisah dari bahan makanan lain yg ada di lemari es tsb.
  • Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah untuk menyimpan botol ASI hasil pompa, maka sebaiknya ASI tersebut jangan disimpan lebih dari 3 x 24 jam.
  • Ibu juga dapat membuat ruangan terpisah dengan cara menempatkan botol ASI dalam container plastik yang tentunya dibersihkan terlebih dahulu dengan baik.
  • ASI hasil pompa dapat disimpan dalam freezer biasa sampai tiga bulan. Namun jangan menyimpan ASI ini di bagian pintu freezer, karena bagian ini yang mengalami perubahan dan variasi suhu udara terbesar.
Jika Ibu kebetulan memiliki freezer penyimpan daging yang terpisah atau deep freezer yang umumnya memiliki suhu lebih rendah dari freezer biasa, maka ASI hasil pompa/perasan bahkan dapat disimpan sampai dengan enam bulan di dalamnya.

Cara menyimpan ASI hasil pompa atau perasan
  • Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu.
  • Botol yang paling baik sebetulnya adalah yang terbuat dari gelas atau kaca.
  • Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan plastiknya cukup kuat (tidak meleleh jika direndam dalam air panas).
  • Jangan pakai botol susu berwarna atau bergambar, karena ada kemungkinan catnya meleleh jika terkena panas.
  • Jangan lupa bubuhkan label setiap kali Ibu akan menyimpan botol ASI, dengan mencantumkan tanggal dan jam ASI dipompa atau diperas.
  • Simpan ASI di dalam botol yang tertutup rapat, jangan ditutup dengan dot. Karena masih ada peluang untuk berinteraksi dengan udara.
  • Jika dalam satu hari Ibu memompa atau memeras ASI beberapa kali, bisa saja Asi itu digabungkan dalam botol yang sama. Syaratnya, suhu tempat botol disimpan stabil, antara 0 s/d 15 derajat Celcius. - Penggabungan hasil simpanan ini bisa dilakukan asalkan jangka waktu pemompaan/pemerasan pertama s/d terakhir tidak lebih dari 24 jam.
Cara memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi?
  • Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran.
  • Atau merendam botol di dalam baskom atau mangkuk yang berisi air panas atau bukan mendidih.
  • Jangan sekali-sekali memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci, menggunakan microwave atau alat pemanas lainnya, kecuali yang memang didesain untuk memanaskan botol berisi simpanan ASI.
  • Ibu tentunya mengetahui berapa banyak bayi Ibu biasanya sekali meminum ASI. Sesuaikanlah jumlah susu yang dipanaskan dengan kebiasaan tsb. Misalnya dalam satu botol Ibu menyimpan sebanyak 180 cc ASI tetapi bayi Ibu biasanya hanya meminum 80, jangan langsung dipanaskan semua.
  • Ingat susu yang sudah dipanaskan tidak bisa disimpan lagi!
Indikator ASI basi
  • Sebenarnya jika Ibu mengikuti pedoman pemompaan/pemerasan ASI dan penyimpanan yang baik, ASI tidak akan mungkin basi. Terkadang memang setelah disimpan atau didinginkan akan terjadi perubahan warna dan rasa, tapi itu tidak menandakan bahwa ASI sudah basi. Asalkan Ibu berada dalam keadaan bersih ketika memompa atau memeras, menyimpan ASI dalam botol yang steril dan tertutup rapat, dalam jangka waktu tepat dan saat memanaskan juga mengikuti petunjuk, ASI akan terjaga dalam kondisi yang baik.
  • Dibandingkan susu formula, ASI lebih tahan lama. Pada saat berinteraksi dengan udara luar, biasanya yang terjadi bukan pembusukan ASI tetapi lebih merupakan berkurangnya khasiat ASI, terutama zat yang membantu pembentukan daya imun bayi.

Susu Formula

Diposting oleh riza_pratamapurba | Selasa, Maret 04, 2008 | , , , , | 0 komentar »

Kenapa aku post artikel ini di blog? Supaya para pengunjung blog ini tau ajah. *Perhatian ya, ibu-ibu dan bapak-bapak (atau yang baru akan jadi ibu/bapak)!* Kalo udah tau, ya sukur-sukur kalo ngga terbawa arus. Pokoknya, gerakan melunturkan ASI eksklusif ini harus dihadang!

"SEPERTI dipojokkan rasanya. Belum juga pulih dari melahirkan dan masih tergeletak di kamar bersalin, saya sudah ditodong oleh suster akan diberikan susu apa bayi saya. Suster itu menyebutkan sejumlah merek susu bayi yang saya tidak kenal baik buruknya. Suster itu memaksa dengan alasan air susu saya belum keluar. Saya jadi panik, lalu asal saja menyebutkan merek yang pernah saya dengar namanya," ungkap Irin (29) tentang pengalamannya melahirkan di sebuah rumah sakit swasta di Surabaya.

KETIKA sudah di rumah, Irin baru menyadari ternyata susu formula yang dia pilih bukanlah merk dengan harga terjangkau dan mudah didapat di pasar swalayan. Adapun untuk mengganti dengan susu formula lain, Irin tidak berani karena khawatir tidak cocok dengan pencernaan bayinya.

Tri (35) pun mengalami hal yang sama di rumah sakit bersalin di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Tanpa persetujuan dari Tri, bayinya telah diberi susu botol, juga dengan alasan air susu ibu (ASI) Tri belum keluar. Di dalam boks bayi, Tri juga melihat sebuah merek susu tertulis di boks itu. Begitu juga di selimut, di jam dinding, dan di beberapa tempat lainnya.

Ketika Tri akan pulang, seorang suster langsung memberi susu yang sudah siap minum di botol. Katanya untuk di perjalanan. Padahal, saat itu suster tahu bahwa ASI Tri telah keluar dengan cukup banyak dan si kecil sudah bisa menyusu ASI (!!). Selain itu, suster juga memberi satu kaleng susu formula dengan merk yang sama sebagai hadiah dari rumah sakit. "Yang paling menyebalkan, ketika bayi saya sakit dan harus dirawat di rumah sakit anak di Depok. Untuk pagi dan siang hari saya bisa memberi ASI, tetapi pada malam hari suster menyarankan untuk memberikan susu formula. Dia menolak memakai susu formula dari saya dan memberikan susu formula merk lain tanpa seizin saya," kata Tri dengan marah.