Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah

Diposting oleh riza_pratamapurba | Rabu, Februari 27, 2008 | | 0 komentar »

Setelah beberapa tahun yang lalu umat Islam di Indonesia dihebohkan dengan aliran baru (lebih tepatnya disebut agama baru) seperti Ahmadiyah, Salamullah (Lia Aminuddin/ Lia Eden), dan JIL yang mengaku-ngaku sebagai bagian dari Islam tetapi kenyataannya berbeda jauh dengan syari’at Islam, kini muncul lagi aliran (baca : agama) baru yang bernama Al Qiyadah Al Islamiyah.

Tulisan ini membahas berbagai macam hal yang berhubungan dengan Al Qiyadah Al Islamiyah, juga membahas apakah aliran ini masih merupakan bagian dari agama Islam atau tidak. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua –muslimin–, Amiin.

Pendahuluan

Dalam kehidupan ini, kita seringkali melihat perbedaan kaum musliminin dalam menjalankan agama Islam. Sebut saja contoh perbedaan terakhir yang kita alami adalah perbedaan dalam merayakan hari raya Idul Fithri 1428 H, sebagian dari kita merayakan pada hari Jum’at (dengan dasar hisab Muhammadiyah atau satu ru’yah untuk semua negeri) dan sebagian dari kita merayakannya pada hari Sabtu (dengan dasar pemerintah Indonesia menyatakan tidak melihat hilal pada malam Jum’at 12 Oktober 2007). Perbedaan tersebut masih dianggap wajar/dimaafkan karena perbedaan itu terjadi bukan pada hal yang paling pokok dari yang paling pokok dalam syari’at Islam.

Terdapat beberapa hal yang tidak boleh berbeda dalam syari’at Islam, jika suatu orang/kelompok berbeda dalam hal yang tidak dibolehkan berbeda itu, maka orang/kelompok tersebut dengan sendirinya keluar dari Islam. Beberapa hal yang tidak boleh berbeda dalam syari’at Islam itu adalah dalam permasalahan yang paling penting dari yang paling penting, yaitu hal-hal yang menyangkut tauhid, akidah, dan keimanan termasuk dalam rukun Islam dan rukun Iman.

Organisasi Islam seperti Nahdathul Ulama,Muhammadiyah, PERSIS, Al Irsyad, FPI, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan sebagainya seringkali terjadi perbedaan di beberapa masalah tentang agama Islam, tetapi perbedaan tersebut bukanlah perbedaan dalam permasalahan yang paling penting dari yang paling penting (hal-hal yang menyangkut tauhid, akidah, dan keimanan). Sehingga walau terkadang sangat terlihat pertentangan diantara beberapa organisasi tersebut, mereka tetap mengakui diri mereka sebagai saudara sesama muslim.

Ada beberapa kelompok/organisasi/aliran di Indonesia ini yang mengaku bagian dari agama Islam tetapi memiliki perbedaan dalam permasalahan yang paling penting dari yang paling penting (hal-hal yang menyangkut tauhid, akidah, dan keimanan), sehingga kelompok/organisasi/aliran tersebut dianggap menyimpang/keluar dari agama Islam oleh para ulama Islam. Kelompok/organisasi/aliran yang seperti itu ternyata cukup banyak di Indonesia, contohnya adalah Ahmadiyah, Salamullah (Lia Aminuddin AKA Lia Eden), dan JIL.

Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang Al Qiyadah Al Islamiyah. Seperti apa aliran Al Qiyadah Al Islamiyah itu, apakah ia termasuk bagian dari Islam atau menyimpang/keluar dari Islam? Pada bab berikutnya penulis akan menjelaskan beberapa hal yang diajarkan yang merupakan ciri dari aliran Al Qiyadah Al Islamiyah.

Ciri-ciri Al Qiyadah Al Islamiyah

Berikut ini adalah ciri-ciri yang ada pada aliran baru Al Qiyadah Al Islamiyah :

  1. Syahadat Baru.

    Lafadz syahadat baru mereka adalah “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah, Wa Asyhadu Anna Al-Masih Al-Maw’ud Rasulullah”. Tentu saja syahadatain ini sangat bertentangan dengan syahadatain Islam yang mengakui Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam sebagai Rasulullah, lihat hadits riwayat Imam Muslim tentang masalah Islam, Iman, dan Ihsan (atau dikenal juga dengan nama hadits Jibril : lihat hadits Arba’in An-Nawawi nomor 2) yang menjelaskan agama Islam ini secara singkat dan jelas.

  2. Ahmad Mushaddiq AKA H.Salam AKA Al-Masih Al-Maw’ud adalah Nabi baru setelah Muhammad

    Ahmad Mushaddiq sebagai pemimpin pusat aliran Al Qiyadah ini mengelarkan dirinya dengan gelar ganda, yaitu Al-Masih dan juga Nabi baru. Dalam Islam, gelar Al-Masih ini hanya dimiliki oleh dua orang saja, yaitu Isa ‘Alaihissalam dan Dajjal (lihat hadits-hadits yang berkaitan dengan doa Tasyahud, Dajjal, hari kiamat, dan turunnya nabi Isa ‘Alaihissalam pada akhir zaman), entah dengan keyakinan sebagai apa Ahmad Mushaddiq menggelar dirinya dengan Al Masih.

    Ahmad Mushaddiq juga mengaku sebagai Nabi baru setelah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, alasannya adalah ia mendapat wahyu/mimpi dari [yang katanya] Allah Subhanahu Wa Ta’ala ketika ia menyendiri (baca : bertapa) 40 hari 40 malam di suatu gunung di Bogor.

    Mengaku sebagai nabi baru setelah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman “Bukanlah Muhammad itu bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dialah Rasulullah dan penutup para Nabi”. <>

  3. Tidak melaksanakan shalat wajib 5 waktu, zakat, shaum, haji, dan sebagainya.

    Ibadah yang mereka kerjakan hanyalah shalat Lail, karena perintah shalat Lail-lah yang hanya ada di dalam Al-Qur’an. Beginilah salah satu contoh kekeliruan yang besar sekali jika menafsirkan Al Qur’an hanya dengan pemikiran mereka, tanpa membawa ayat Al-Qur’an lain, Sunnah, dan pemahaman ulama-ulama Islam lainnya (Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan seterusnya).

    Sedangkan ibadah lainnya (zakat, shaum, haji) belum mereka kerjakan karena katanya mereka belum mendapat perintah untuk menjalankannya. Ini sangat aneh, di satu sisi mereka memakai Al-Qur’an (walau dipahami dengan akal dan pemahaman mereka saja) dan di satu sisi lagi mereka meninggalkan ayat Al-Qur’an karena belum mendapat perintah (??what the…??).

  4. Saat ini adalah Fase Makkah.

    Al Qiyadah Al Islamiyah berpendapat bahwa saat ini mereka masih berada dalam fase Makkah, karena itu mereka hanya fokus dalam mengajarkan aqidah [mereka] dan tidak melaksanakan kewajibannya sebagai muslim seperti shalat 5 waktu, zakat, shaum, haji, dan sebagainya

    Agama Islam ini sudah sempurna (Al-Mai’dah ayat 3), karena itu kita sebagai penerus umat Islam tidak boleh kembali nol dalam memperjuangkan agama Islam ini. Kita memang harus mencontoh Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dalam dakwahnya di Makkah dan juga Madinah, tetapi tidak berarti harus mulai dari nol sebagaimana yang dulu dimulai oleh Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam. Para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, imam empat, dan ulama-ulama Islam lainnya meneruskan perjuangan agama Islam ini bukan dari nol, mereka tidak berjuang dengan kembali lagi sama persis seperti pada periode Makkah yang pernah dijalani oleh Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam.

  5. Pegangan Al Qiyadah.

    Pegangan/dasar mereka dalam menjalankan alirannya adalah Al-Qur’an yang ditafsiri dengan pemahaman akal pikiran mereka dan buku karangan pemimpin mereka (Al Masih Al Maw’ud) yang berjudul “Ruhul Qudus yang turun”. Buku itu memiliki sampul depan Ahmad Mushaddiq yang memiliki dua sayap berhadapan dengan para pengikutnya.

  6. Penebusan Dosa

    Jika pengikut aliran Al Qiyadah Al Islamiyah melakukan suatu perbuatan dosa, maka mereka hanya perlu menebus dosa mereka kepada Al Masih Al Maw’ud dengan memberikan sejumlah uang kepadanya.

    Penebusan dosa tidak ada dalam ajaran agama Islam, melainkan ada dalam agama nashrani. Jika seorang muslim bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari dosa yang pernah ia lakukan, ia tidak disyari’atkan memberikan sejumlah uang kepada seorang pemimpin supaya dosa tersebut dapat diampuni oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Al Qiyadah Al Islamiyah : Bagian dari Islam atau Agama Baru

Apakah aliran Al Qiyadah Al Islamiyah ini merupakan bagian dari Islam atau bukan? Jika mereka mengaku bagian dari Islam, maka akan muncul beberapa ganjalan sebagai berikut :

  1. Kenapa aliran ini mempunyai syahadat sendiri yang berbeda dengan syahadat seorang muslim?
  2. Kenapa aliran ini mengakui ada Nabi baru setelah Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam?
  3. Kenapa aliran ini tidak mengerjakan kewajibannya sebagai muslim?
  4. Kenapa aliran ini tidak berprilaku sebagai muslim?

Jika aliran Al Qiyadah Al Islamiyah ini mengaku sebagai agama baru dengan rasul baru, maka akan muncul juga beberapa ganjalan. Jika memang Al Masih Al Maw’ud adalah Rasul setelah Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam (dan ini sangat tidak mungkin), maka bawakanlah buktinya :

  1. Mempunyai mu’jizat atau tidak?

    Setiap Nabi pasti mempunyai mu’jizat yang dimiliki untuk membuktikan kenabiannya, dan biasanya mu’jizat turun sesuai dengan kondisi zamannya. Pada zaman Nabi Musa ‘Alaihissalam, sihir menjadi salah satu hal yang paling dibanggakan, maka Nabi Musa ‘Alaihissalam mempunyai mu’jizat yang bisa mengalahkan semua sihir-sihir pada zaman tersebut. Pada zaman Nabi Isa ‘Alaihissalam, kedokteran merupakan salah satu hal yang paling dibanggakan pada zaman itu, maka Nabi Isa ‘Alaihissalam diberikan mu’jizat yang berkaitan dengan kedokteran, seperti dapat menyembuhkan penyakit, bahkan menghidupkan yang mati atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pada zaman Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam, sastra merupakan salah satu hal yang paling dibanggakan, maka Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam diturunkan Al-Qur’an sebagai salah satu mu’jizat beliau, bahkan merupakan mu’jizat yang terbesar karena Al-Qur’an hingga saat ini dipelihara oleh Allah, dan terus dapat disaksikan bentuk dan kebenarannya oleh manusia hingga akhir zaman nanti. Sedangkan sekarang adalah zaman teknologi informasi, jika memang benar ada nabi baru (dan ini sangat tidak mungkin) maka nabi baru itu harus mempunyai mu’jizat besar yang berkaitan dengan zamannya. Wahai Al Masih Al Maw’ud, masih beranikah Anda mengaku sebagai Nabi?

  2. Mempunyai kitab Suci sendiri yang diturunkan sesuai dengan bahasa kaumnya atau tidak?

    Kitab suci diturunkan kepada setiap Nabi/Rasul untuk dijadikan pedoman bagi umatnya. Yahudi memiliki Taurat, Nashrani memiliki Injil, Islam memiliki Al Qur’an. Lalu apakah Al Qiyadah juga memiliki kitab suci sendiri?

    By the way, Ahmadiyah memiliki kitab suci bernama At-Tadzkirah yang isinya bajakan dari Al Qur’an dan berbahasa Arab sedangkan Mirza Ghulam Ahmad sendiri merupakan orang India (??what the???). Apakah Al Qiyadah akan mengikuti jejak Ahmadiyah?

  3. Nama Agama Baru

    Rasul baru yang harus memiliki kitab suci sendiri juga harus menamai agama baru mereka dengan nama yang original, tetapi mengapa aliran ini memakai nama Al Qiyadah Al Islamiyah yang masih mempunyai nama yang berhubungan erat dengan Islam?

Dari sisi apapun Al Qiyadah Al Islamiyah mengaku (sebagai bagian dari Islam atau agama baru), ternyata anggapan mereka memiliki kejanggalan-kejanggalan yang jelas sekali. Tetapi daripada mereka mengaku-ngaku sebagai bagian dari agama Islam [yang ternyata bertentangan dengan hal-hal paling pokok dari yang paling pokok dalam agama Islam], lebih baik mereka mengaku saja sebagai agama baru [walau tetap memiliki kejanggalan] supaya mereka bebas menjalankan kepercayaan dan ibadah mereka (juga tidak akan dituduh mencemarkan agama Islam lagi karena mereka merupakan agama baru yang tidak ada sangkut pautnya dengan Islam).

Majelis Ulama Indonesia juga sudah menyatakan bahwa aliran Al Qiyadah Al Islamiyah menyimpang dari ajaran Islam, aliran tersebut merupakan kelompok yang sesat dan menyesatkan. Beberapa organisasi Islam lainnya juga sudah menyatakan hal serupa, antara lain Nahdathul Ulama, Muhammadiyah, FPI, dan ORMAS-ORMAS Islam lainnya.

Sikap Kita terhadap Al Qiyadah Al Islamiyah

Setelah mengetahui seluk beluk Al Qiyadah Al Islamiyah, apa yang sebaiknya sikap kita -kaum muslimin- terhadap agama baru Al Qiyadah Al Islamiyah? Apakah kita harus menghakimi, menghajar mereka yang sudah menyimpang? Jangan! Kita tidak boleh bertindak sembarangan, kita tidak boleh main hakim sendiri terhadap pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah. Ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah memang menyimpang, tetapi tidak dengan alasan itu kita boleh main hakim sendiri terhadap pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah, karena sangat mungkin pengikut agama baru tersebut masih awwam sekali / tidak tahu tentang agama Islam yang haq. Oleh karena itu sikap terbaik kita adalah berusaha mengajak mereka kembali kepada Islam dengan cara yang terbaik.

Jika setelah berbagai macam cara [yang baik] kita dakwahi pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah, tetapi mereka tetap mengaku sebagai pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah, maka : Jika mereka mengakui Al Qiyadah Al Islamiyah sebagai agama baru, dan tidak melakukan pelecahan/penghinaan kepada agama Islam maka kita biarkan saja mereka dalam agama baru mereka. “Lakum diinukum Waliyadiin” (Al Kafirun : 6). Tugas kita hanyalah menyampaikan, terima atau tidak terima itu sudah menjadi tanggung jawab mereka masing-masing.

Penutup

Dalam bagian penutup ini, penulis akan memberikan suatu kesimpulan dari apa yang sudah dibahas pada tulisan ini :

  1. Dalam agama Islam terdapat perbedaan yang masih dibolehkan/wajar dan ada juga perbedaan yang tidak diperbolehkan.
  2. Perbedaan yang tidak diperbolehkan berbeda dalam agama Islam adalah dalam permasalahan paling penting dari yang paling penting, seperti Tauhid, Akidah, Iman.
  3. Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah memiliki berbagai macam ciri, antara lain : (1) memiliki syahadat yang berbeda dengan syahadatain agama Islam, (2) ada nabi baru setelah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, (3) Tidak melaksanakan kewajiban sebagai seorang Muslim seperti shalat 5 waktu, zakat, shaum, haji, dan sebagainya, (4) Berpendapat bahwa fase saat ini adalah fase Makkah, (5) Memiliki buku pegangan sendiri berjudul “Ruhul Qudus yang turun”, (6) Penebusan dosa dengan memberikan uang kepada nabi mereka.
  4. Berdasarkan perbedaan dalam masalah yang paling penting antara Al Qiyadah Al Islamiyah dengan agama Islam, dan sebagaimana sudah difatwakan oleh para ulama Islam (MUI dan ORMAS Islam lainnya) maka Al Qiyadah Al Islamiyah adalah aliran (baca : agama) baru yang menyimpang dari agama Islam.
  5. Kita (kaum muslimin) tetap berbuat baik kepada pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah, bahkan kita perlu mengajaknya dengan cara yang baik untuk kembali kepada agama Islam. Kita tidak boleh main hakim sendiri terhadap pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah, karena sangat mungkin pengikut agama baru tersebut masih awwam sekali / tidak tahu tentang agama Islam.

0 komentar